Assement kinerja
Assement kinerja adalah suatu bentuk penilaian untuk
mendemonstrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa
dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses kegiatan atau
unjuk kinerja.Asisment kminerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui
penugasan.Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan
atau tulis) untuk menghasilkan karya (produk) atau menunjukan penerapan
pengetahuan.Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa.
Untuk mengevaluasi apakah penilaian
kinerja sudah dianggap berkualitas baik, terdapat tujuh kriteria yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Generability : semakin dapat
digeneralisasikan dengan tugas-tugas lain maka semakin baik tugas tersebut
2. Authenticity : tugas yang diberikan harus sesuai dengan apa yang
sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari
3. Multiple : tugas yang diberikan
sudah mengukur lebih darisatu kemampuan-kemampuan yang diinginkan.
4. Teachability : tugas yang diberikan
dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja adalah tugas-tugas yang
relevan dengan yang diajarkan guru.
5. Fairness : tugas yang diberikan
harus adil untuk semua peserta tes
6. Feasibility : harus relevan untuk
dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan, waktu, atau peralatannya.
7. Scorability : dapat diskor dengan
akurat dan reliabel.
Keuntungan
dalam penilaian kinerja
1. Guru dapat secara langsung mengukur
ketrampilan-ketrampilan dari siswa dan bukan hanya dengan tes (paper and pencil
test) Saja. Termasuk pula penilaian ketrampilan-ketrampilan teori tingkat yang
lebih tinggi dan kebanyakan ketrampilan-ketrampilan psychomotor
2. Dapat mempengaruhi cara belajar
siswa dimana siswa tidak hanya sekedar menghapal saja tetapi bagaimana siswa
diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan semua
keterampilan-keterampilannya sehingga mereka dapat mengingatnya dengan lebih
baik.
3. Guru dapat mengukur proses kinerja
siswa langkah demi langkah yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Kekurangan
dalam penilaian kinerja
1. Masalah dalam instrumen tidak jelas,
sukar digunakan
2. Masalah prosedural: kemampuan terlalu
banyak, rata-rata hanya satu orang
3. Penskoran cederung bias atau
subjektif
4. Waktu penilaian tidak memadai
Penilaian kurang obyektif
5. Kurang andal dalam pemberian angka
6. Tidak semua siswa mempunyai minat yg
sama dalam kegiatan/proses kinerja pada topik tertentu
LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMBUAT PENILAIAN KINERJA
1. Identifikasi semua langkah-langkah
penting yang diperlukan yang akan mempengaruhi hasil akhir
2. Tuliskan perilaku
kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan
tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik.
3. Usahakan untuk membuat
kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak, sehingga
semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.
4. Definisikan dengan jelas kriteria
kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati
5. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan
yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati.
METODE DAN CONTOH MENILAI PENILAIAN KINERJA
Dalam penilaian kinerja dapat digunakan
2 pendekatan, yaitu:
1. Metode holistic digunakan apabila
para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor atau nilai (single rating)
berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja siswa.
2. metode analityc para penskor (rater)
memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan
dengan kinerja yang dinilai.
Dalam penskoran kinerja dengan metode
analityc antara lain dapat menggunakan checklists dan rating scales
BEBERAPA BENTUK PENILAIAN
KINERJA
1.
Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian hasil karya siswa yang berbentuk suatu benda. Benda tersebut dapat terbuat dari kain, kertas, logam,kayu, plastik, keramik, dan hasil karya seni seperti lukisan, gambar, dan patung.
Penilaian produk biasa dilakukan pada mata pelajaran kerajinan tangan dan kesenian, menggambar dan mata pelajaran produktif di sekolah kejuruan.
Penilaian produk adalah penilaian hasil karya siswa yang berbentuk suatu benda. Benda tersebut dapat terbuat dari kain, kertas, logam,kayu, plastik, keramik, dan hasil karya seni seperti lukisan, gambar, dan patung.
Penilaian produk biasa dilakukan pada mata pelajaran kerajinan tangan dan kesenian, menggambar dan mata pelajaran produktif di sekolah kejuruan.
2.
Penilaian Projek
Salah satu bagian dari penilaian kerja adalah penilaian projek. Projec didefinisikan sebagai tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu. Tugas yang dimaksud adalah suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data, sedangkan periode untuk menyelesaikannya, misalnya selama dua minggu, satu bulan, satu semester, atau lebih.
Penilaian projek juga dilakukan pada proses dan produk akhir dari tugas tersebut, baik pada proses maupun produk, penilaian difokuskan ketika sedang merencanakan, membuat spesifikasi, mencatat, dan mengestimasi.
Salah satu bagian dari penilaian kerja adalah penilaian projek. Projec didefinisikan sebagai tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu. Tugas yang dimaksud adalah suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data, sedangkan periode untuk menyelesaikannya, misalnya selama dua minggu, satu bulan, satu semester, atau lebih.
Penilaian projek juga dilakukan pada proses dan produk akhir dari tugas tersebut, baik pada proses maupun produk, penilaian difokuskan ketika sedang merencanakan, membuat spesifikasi, mencatat, dan mengestimasi.
Assesment
Portofolio
Penilaian
portofolio adalah suatu
pendekatan untuk menilai peserta didik secara komprehensif, objekif dan akurat
serta sesuai dengan bukti-bukti (dokumen) yang dimiliki peserta didik.
Portofolio sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru
atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan
belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Portofolio
dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrument penilaian atau salah satu
komponen dari instrument penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau
menilai hasil belajar siswa. Portofolio demikian disebut juga portofolio untuk
penilaian atau asesmen portofolio.
Tujuan Penilaian Portofolio
1. Menghargai perkembangan yang dialami
peserta didik
2. Mendokumentasi proses pembelajaran yang
berlangsung
3. Memberi perhatian pada prestasi kerja
peserta didik yangterbaik
4. Merefleksikan kesanggupan mengambil
resiko dan melakukan eksperimentasi
5. Meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran
6. Mengoptimalkan proses bertukar
informasi dengan orang tua/wali peserta didik dan guru lain
7. Membina dan mempercepat pertumbuhan
konsep diri positif pada peserta didik
8. Meningkakan kemampuan melakukan refleksi
diri
9. Membantu peserta didik dalam menguasai
komptensi
Fungsi Penilaian portofolio
1. Portofolio sebagai alat formatif
Untuk memantau
kemajuan peserta didik dari waktu ke waktu dan untuk mendorong peserta didik
dalam merefleksi pembelajaran
2. Portofolio sebagai alat sumatif
a. Untuk mengisi buku raport
b. Laporan kepada orang tua tentang
perkembagan peserta didik dukungan lengkap dan akurat
Kelebihan Portofolio
1. Dapat melihat
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan siswa dari waktu ke waktu berdasarkan
feed-back dan refleksi diri
2. Membantu guru
melakukan penilaian secara adil, objektif, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreatifitas siswa di kelas.
3. Mengajak siswa
untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan, baik
di kelas maupun di luar kelas dalam rangka implementasi program pembelajaran.
4. Meningkatkan peranserta siswa secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
meningkatkan kemampuan mereka.
6. Membantu guru mengklarifikasi dan
mengidentifikasi program pembelajaran.
Kekurangan Penilaian Portofolio
1. Membutuhkan waktu dan kerja ekstra
2. Dianggap kurang reliabel dibandingkan
dengan bentuk penilaian yang lain.
3. Ada kecenderungan
guru hanya memperhatikan pencapaian akhir, sehingga proses penilaian kurang
mendapat perhatian.
4. Jika guru
melaksanakan proses pembelajaran yang bersifat teacher-oriented, kemungkinan
besar inisiatif dan kreatifitas siswa akan terbelenggu, sehingga penilaian
portofolio tidak dapat dilaksanakan dengan baik
5. Orang tua siswa
sering berpikir skeptis karena laporan hasil belajar anaknya tidak berbentuk
angka.
6. Tidak tersedianya kriteria penilaian
yang jelas
7. Analisis terhadap
penialai portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat dikuranginya penggunaan
angka.
Bentuk-bentuk Portofolio
1. Portofolio proses adalah portofolio kerja yaitu bentuk
yang digunakan untuk memilih koleksi evidence siswa, memantau kemajuan atau
perkembangan, dan menilai siswa dalam mengelola kegiatan belajar mereka
sendiri. Dalam portofolio kerja ini yang dinilai adalah cara kerja (pengorganisasian)
dan hasil kerja.
2. Portofolio produk yaitu portofolio
yangmenekankan pada penguasaan materi dari tugas yang
dituntut dalam standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator pencapaian hasil kerja, serta hanya
menunjukan evidence yang paling baik, tanpa memperhatikan bagaimana dan kapan
evidence tersebut diperoleh.
Langkah-langkah penilaian portofolio
1. Menentukan tujuan dan fokus portofolio.
2. Menentukan isi portofolio. Isi
portofolio harus sesuai dengan tujuan portofolio.
3. Mengembangkan
kriteria penilaian. Kriteria penilaian sangat bergantung kepada kompetensi,
cara menilai dan evidence yang dinilai.
4. Menyusun format penilaian, format
penilaian mengacu pada tujuan.
5. Mengidentifikasi pengorganisasian
portofolio
6. Menggunakan portofolio dalam praktik
7. Menilai pelaksanaan portofolio
8. Menilai portofolio secara umum.
Alat Peraga
Alat
bantu peraga adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan
bahan pendidikan / pengajaran. Alat peraga berfungsi untuk membantu dan
meragakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.
Alat
peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera
yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas
pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat
peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu
objek sehingga mempermudah persepsi.
Seseorang
atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman /
pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi masing-masing
alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang.
Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus
menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.
Dari
kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda
asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses
pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsi
bahan pendidikan / pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan
kata-kata sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa
penggunaan alat peraga adalah salah satu prinsip proses pendidikan.
Dalam
rangka pendidikan kesehatan, masyarakat sebagai konsumer juga dapat dilibatkan
dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk ini petugas
kesehatan berperan untuk membimbing dan membina, bukan hanya dalam hal
kesehatan mereka sendiri tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan
informasi kesehatan kepada anggota masyarakat yang lain.
Alat
peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan
dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang
tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat
lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat
menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
Fungsi
Alat Peraga
a.
Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
b.
Mencapai sasaran yang lebih banyak.
c.
Membantu mengatasi hambatan bahasa.
d.
Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
e.
Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
f.
Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima
kepada
orang lain.
g.
Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik /
pelaku
pendidikan.
h.
Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan
i.
Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan
akhirnya
memberikan pengertian yang lebih baik.
Macam-Macam Alat bantu Pendidikan
Pada
garis besarnya, hanya ada 3 macam alat bantu pendidikan (alat peraga) :
1.
Alat Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat
ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu
terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
a.
Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya.
b.
Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
-
2 dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
-
3 dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2.
Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Ialah
alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses
penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita
suara, dan sebagainya.
3
Alat Bantu Lihat-Dengar
Seperti
televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal
dengan Audio Visual Aids (AVA).
Biasanya
kita menggunakan alat peraga sebagai pengganti objek-objek yang nyata sehingga
dapat memberikan pengalaman yang tidak langsung bagi sasaran. Didalam
menggunakan alat peraga untuk memperjelas pesan-pesan yang disampaikan kepada
masyarakat, benda-benda yang sebenarnya mempermudah masyarakat untuk mengerti
dan memahaminya, karena alat peraga seperti ini merupakan benda-benda yang
mereka jumpai sehari-hari.
Oleh
karena itu sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti benda-benda
asli, perlu ditelaah terlebih dahulu apakah penggunaan benda-benda asli
memungkinkan atau tidak. Sebaliknya kalau tidak ada benda-benda asli maka
dibuatlah alat peraga dari benda-benda pengganti.
Sebelum
membuat alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling
tepat untuk digunakan. Untuk itu perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai
berikut :
Media
Pembelajaran
Media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar atau sarana komunikasi dalam bentuk
cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Fungsi Media Pembelajaran
- memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
- mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya
indra.
- menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung
antara murid dengan sumber belajar.
- memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat
dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
- memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman
& menimbulkan persepsi yang sama.
Kemampuan
media sebagai alat bantu kegiatan pembelajaran
Rahardjo
(1991) menguraikan dengan berangkat dari teori belajar diketahui bahwa hakekat
belajar adalah interaksi antara peserta didik yang belajar dengan sumber-sumber
belajar di sekitarnya yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku belajar
dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak jelas menjadi
jelas, dsb.
Sumber
belajar tersebut dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, teknik dan lingkungan.
Proses belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.
Faktor
internal seperti sikap, pandangan hidup, perasaan senang dan tidak senang,
kebiasaan dan pengalaman pada diri peserta didik. Bila peserta didik apatis,
tidak senang, atau menganggap buang waktu maka sulit untuk mengalami proses
belajar. Faktor eksternal merupakan rangsangan dari luar diri peserta didik
melalui indera yang dimilikinya, terutama pendengaran dan penglihatan. Media
pembelajaran sebagai faktor eksternal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
efisiensi belajar karena mempunyai potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya
proses belajar. Contohnya, (a) menghadirkan obyek langka: koleksi mata uang
kuno, (b) konsep yang abstrak menjadi konkrit: pasar, bursa, (c) mengatasi
hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak: siaran radio atau televisi
pendidikan, (d) menyajikan ulangan informasi secara benar dan taat asas tanpa
pernah jemu: buku teks, modul, program video atau film pendidikan,. (e)
memberikan suasana belajar yang santai, menarik, dan mengurangi formalitas.
Jenis-jenis media
Media
cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media yang hanya
dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang
penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing
(teacher independent). Media yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru
lazim tersebut media instruksional dan bersifat “self Contained”, maknanya:
informasi belajar, contoh, tugas dan latihan serta umpanbalik yang diperlakukan
telah diprogramkan secara terintegrasi.
Dari
berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan
sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan
menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan media serba